Halaman

Jumat, 15 November 2013

HASIL KUNJUNGAN INDUSTRI :)


A.     PT. Pagilaran

·      SELAYANG PANDANG
PT. Pagilaran dimiliki oleh Yayasan Fapertagama, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta yang berkantor pusat di Jl. Faridan M.Noto 11 Yogyakarta . PT. Pagilaran terdiri dari beberapa unit produksi, meliputi:
1.    Unit produksi Pagilaran yang berlokasi di Batang Jawa Tengah dengan komoditas produksi utama Teh.
2.    Unit produksi Segayung yang berlokasi di Batang Jawa Tengah dengan komoditas produksi utama coklat dan kelapa.
3.    Unit produksi Sidoharjo yang berlokasi di Batang Jawa Tengah dengan komoditas produksi utama Teh.
4.    Unit produksi Jatilawang yang berlokasi di Banjarnegara Jawa Tengah dengan komoditas produksi utama Teh .
5.    Unit produksi Kaliboja yang berlokasi di Pekalongan Jawa Tengah dengan komoditas produksi utama Teh.
6.    Unit produksi Samigaluh yang berlokasi di Kulon Progo Yogyakarta  dengan komoditas produksi utama Teh dan coklat.

·      PASCA PANEN
1.    Pucuk dari Truck diturunkan dan di timbang  
2.    Naikan pucuk ke Palung Pelayuan (Withering Trough) dengan dilakukan pembeberan.
3.    Hidupkan Fan W. Trough sebelum pucuk diturunkan ke Withering Trough
4.    Isian Withering Trough 25 s/d 35 kg/m2  atau 1,3 ton – 2,2 ton tiap Withering Trough.
5.    Pengisian keranjang contoh  1 % dari isian Withering Trough.
6.    Pemisahan pucuk normal dan pucuk jendangan pada Withering Trough yang berbeda.
7.    Pengambilan contoh pucuk sebanyak 250 gram secara acak di Withering Trough setiap mandor per afdeling untuk bahan analisa pucuk.


·      PENGOLAHAN
1.    Pengolahan Teh Hitam Orthodox
PELAYUAN
Alat yang digunakan adalah Withering Trough. Selama proses pelayuan, daun teh akan mengalami dua perubahan yaitu perubahan senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam daun serta menurunnya kandungan air sehingga daun teh menjadi lemas.
Pelaksanaan Pekerjaan:
o   Pembalikan pucuk dilakukan ± 6 jam setelah pembebebran penerimaan pucuk, selanjutnya dilakukan tiap 2 – 4 jam.
o   Pengamatan suhu dan kelembaban udara setiap 2 jam.
o   Apabila selisih suhu kering dan basah < 2oC ditambahkan udara panas.
o   Temperatur udara di dalam Withering Trough maksimal 27°C.
o   Lama pelayuan : 12 - 18 jam
o   Pucuk dinyatakan layu apabila prosentase layu  68 - 72 %.
Kriteria hasil pelayuan yang baik :                                                                 
            - Pucuk layu tetap berwarna hijau dan bila diremas menggumpal.
            - Pucuk tidak mudah dipatahkan, lemas dan lentur.
            - Pucuk mempunyai aroma segar dan tidak ada bau asing
PENGGILINGAN DAN SORTASI BASAH
Secara kimia, selama proses pengilingan merupakan proses awal terjadinya oksimatis (oxidasi enzymatis) yaitu bertemunya polifenol dan enzim polifenol oksidase dengan bantuan oksigen. Penggilingan akan mengakibatkan memar dan dinding sel pada daun teh menjadi rusak. Cairan sel akan keluar dipermukaan daun secara rata. Proses ini merupakan dasar terbentuknya mutu teh. Selama proses ini berlangsung, katekin akan diubah menjadi theaflavin dan thearubigin yang merupakan komponen penting baik terhadap warna, rasa maupun aroma seduhan teh hitam. Proses ini biasanya berlangsung selama 90-120 menit tergantung kondisi dan program giling pabrik yang bersangkutan. Mesin yang biasa digunakan dalam proses penggilingan ini dapat berupa Baki, Kereta penampung, Rotary Roll Breaker, Open Top Roller (OTR), Rotorvane dan Press Cup Roller (PCR) : untuk teh hitam orthodox dan Mesin Crushing Tearing and Curling (CTC) : untuk teh hitam CTC.
FERMENTASI ( OKSIDASI ENZYMATIS)
Bertujuan untuk memperoleh aroma, rasa dan warna air seduhan seperti yang dikehendaki, sebagai akibat reaksi kimia yang terjadi selama fermentasi. Berlangsung sejak pucuk mengalami giling I dan berakhir ketika masuk kedalam mesin pengeringan.
Proses:  senyawa polifenol (theaflavin dan thearubigin)

Theaflavin:
- warna senduhan teh kuning
- menentukan karakter brightness dan briskness
Thearubigin:
- warna seduhan teh merah kecoklatan
- membentuk kemantapan seduhan body atau strength

Kondisi Fermentasi:
- Suhu ruang : 20 - 28 o C
- Suhu lapisan bubuk: 26 - 28 o C
- RH udara: 90 - 95%
- Lama fermentasi:  1,2 - 2.5 jam sejak masuk giling
- Alat: baki aluminium
- Tebal hamparan tidak lebih dari 7 cm
PENGERINGAN
Bertujuan untuk menghentikan proses fermentasi , untuk  mengurangi kadar air , memperoleh hasil akhir berupa teh kering yang tahan lama disimpan. Prinsip pelaksanaannya yaitu, menghembuskan udara panas melewati hamparan teh yang telah difermentasi, udara yang paling panas bersentuhan dengan bubuk teh yang paling kering dengan alat ECP-6 (two stage/three stage drier) dan Fluid bed drier (FBD).
Faktor yang mempengaruhi meliputi:
1 . Suhu dan volume udara yang dihembuskan
2. Jumlah input bubuk basah
3. Waktu pengeringan (kecepatan gerak tray)
Kondisi:
- T inlet 100 - 110 oC, T Outlet 60 - 80 oC,  lama  20 - 25 menit
- Tebal hamparan bubuk (0.5  - 1 cm),  badag (2 - 3 cm)
- Kapasitas (two stage) output per jam : 274 - 350 kg
- Kadar air teh kering 2.5 - 3 %
SORTASI   KERING
Bertujuan untuk membersihakan teh kering dari potongan serat dan batang , memisahkan jenis-jenis mutu teh sesuai ukuran yang dikehendaki pasar. Alat yang digunakan meliputi :
o   Bubble tray (memisahkan bubuk kasar dan halus)
o   Vibro screen (pemisahan powdery dari bubuk teh)
o   Chota ( mengelompokkan berdasarkan ukuran partikel)
o   Cutter (memotong bubuk menjadi lebih kecil)
o   Chrusher (memperkecil bubuk kasar)
o   Fibrex (membersihkan serabut)
o   Winnower (memisahkan berdasarkan berat jenis)
MUTU (GRADE)  TEH HITAM
o   MUTU I / FIRST GRADE :
      BP   (Broken Pecco)
      BOP (Broken Orange Pecco)
      BOPF (Broken Orange Pecco) Fanning)
      PF  (Pecco Fanning)
      F    (Fanning)
      DUST
      BT  (Broken Tea)
o   MUTU II / SECOND GRADE :
      BP II  (Broken Pecco II)
      BOP II(Broken Orange Pecco II)
      PF  II (Pecco Fanning II)
      F  II  (Fanning II)
      DUST II
      BT  II  (Broken Tea II)
o   MUTU III / OFF GRADE :
      BOHEA
      PLUFF
PENGEMASAN
Proses pengemasan dilakukan apabila grade hasil sortasi telah dinyatakan sesuai dengan standar dan permintaan pasar. Pengemasan teh hitam menggunakan karung plastik dan paper sack. Pengambilan contoh teh setiap papersack dilakukan 2 kali yaitu sewaktu setengah pengisian pertama dan sewaktu papersack penuh. Standar isi papersack per jenis mutunya, yaitu :
BP       : 52 kg.
BOP    : 50 kg
BOPF : 52 - 55 kg.
PF        : 55 - 58 kg.
Dust    : 60 kg.
Fanning: 60 kg.
BT       : 50 kg
Gudang Penyimpanan Produk
Penyimpanan Produk Sementara, Mempermudah Stock Produksi dan Pengangkutan. Suhu ruangan 20 – 240C. Didalam gudang penyimpanan Paper Sack distapel sesuai jenis mutunya dan diberi alas pallet. Jumlah 1 chop terdiri 20 papersack. Tinggi maksimal 220 cm, Lebar maksimal 117 cm. Pada saat pengiriman, papersack terbungkus dengan plastik sheet. Jarak antar stapelan dan dengan dinding min. 30 cm

2.    Pengolahan Teh Hijau
PELAYUAN
Bertujuan untuk menginaktifkan enzim polifenol oksidase dan menurunkan kandungan air dalam pucuk, agar pucuk menjadi lentur dan mudah digulung. Pelayuan harus segera dilakukan setelah daun teh dipetik. Pelayuan dilaksanakan dengan cara mengalirkan sejumlah pucuk secara berkesinambungan kedalam alat pelayuan Rotary Panner dalam keadaan panas dengan suhu pelayuan 80-100oC. Uap air yang terjadi harus secepatnya dikeluarkan dari ruang Roll Rotary Panner, untuk menghindari terhidrolisanya klorofil oleh uap asam-asam organik.

Perubahan kimia yang terjadi selama pelayuan antara lain dalam proses respirasi akan terjadi penurunan gula oleh oksigen menjadi energi dan karbondioksida.Persentase layu teh hijau lokal adalah 60-70%, dan untuk teh hijau ekspor sekitar 60% dengan tingkat kerataan layuan yang baik. Tingkat layu yang tepat ditandai dengan keadaan pucuk layu yang berwarna hijau cerah, lemas, dan lembut, serta mengeluarkan bau yang khas.
PENGGULUNGAN
Bertujuan untuk membentuk mutu secara fisik berbentuk terpilin, mengeluarkan cairan daun. Alat penggulungan yang digunakan adalah Press Cap Roller (PCR), terdiri dari silinder dan meja dengan penekanan (press), menggulung dan memeras. Lama penggulungan 15–20 menit dengan pengaturan 5 menit buka 10 menit pres dan 5 menit buka.
PENGERINGAN
Bertujuan untuk menghentikan proses fermentasi , untuk  mengurangi kadar air , memperoleh hasil akhir berupa teh kering yang tahan lama disimpan. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilaksanakan dua tahap pengeringan, masing-masing menggunakan mesin yang berbeda. Mesin pengering pertama disebut Rotary Dryer tipe Repeat Rool. Mesin pengering kedua disebut Rotary Dryer tipe Boll Tea bertujuan memperbaiki bentuk gulung teh keringnya. Lama pengeringan : 3 – 4 Jam.
SORTASI KERING
Bertujuan untuk memisahkan, memurnikan dan mengelompokkan jenis mutu teh hijau dengan bentuk ukuran yang spesifik sesuai dengan standar teh hijau. Sortasi Teh Hijau sebagian besar masih menggunakan tenaga manual manusia. Pada prinsipnya, sortasi kering teh hijau adalah:
         •      Memisahkan keringan teh hijau yang banyak mengandung jenis mutu ekspor
         •      Memisahkan partikel-partikel yang mempunyai bentuk dan ukuran yang relatif sama kedalam beberapa 
             kelompok (grade)
         •      Melakukan pemotongan dengan tea cutter bagian-bagian teh yang ukurannya masih lebih besar dari
             jenis mutu yang dikehendaki,

MUTU / GRADE TEH HIJAU
       •      Peko (daun pucuk). A - B
       •      Jikeng /Lokal B (daun bawah / tua).
       •      Bubuk / kempring
       •      Tulang.

3.    Pengolahan Teh Wangi
Karamelisasi/penggosongan bahan baku (teh Hijau)
Teh hijau dipanaskan dengan menggunakan mesin Rotary drier tipe Repeat Roll pada suhu 90° - 125° C. Proses ini bertujuan menghasilkan "Cou-cui" teh hijau gosong berwarna coklat kehitaman dengan kadar air 3 - 5 %  yang bersifat porous yang mudah menyerap aroma dari melati.
Pelembaban
Bertujuan untuk mempersiapkan teh agar dapat menerima aroma bunga secara maksimal. Dilakukan dengan menambahkan air ± 20 %. Proses pelembaban dilakukan pada siang hari, ditebar / dibeber membentuk suatu lapisan setebal ± 15 - 20 cm. Setelah itu dilanjutkan dengan proses pewangian, dimana bunga melati dicampurkan.
Dipilih bunga melati yang siap mekar & sedapat mungkin memperkecil penerimaan bunga "karuk" (kuncup bunga yang belum saatnya mekar), hal ini bertujuan agar proses pewangian dapat berlangsung dengan sempurna.
Proses Pengeringan
Menggunakan ECP drier (Endless Chain Pressure drier) dengan suhu berkisar antara 110° - 125° C selama 45 - 60 menit. Kadar air produk yang dihasilkan berkisar antara 4 - 6 %.

4.    Pengolahan Kakao
SORTASI BUAH
TUJUAN :
       -  Buah yang dihasilkan mempunyai tingkat kematangan yang    sama,
       -  Buah terhindar dari pencemaran buah yang tidak sehat (terserang hama dan penyakit), busuk atau cacat . Buah yang tidak sehat diletakkan ditempat terpisah dan segera dikupas kulitnya. Kulit  buah segera ditimbun dalam tanah untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit keseluruh kebun.
PEMERAMAN ATAU PENYIMPANAN BUAH
Pemeraman dilakukan terutama pada saat panen rendah sambil menunggu buah hasil panen terkumpul cukup banyak 400-500 buah atau setara dengan 35-40 kg biji kakao basah, agar jumlah minimal untuk fermentasi dapat dipenuhi. Bertujuan untuk mengurangi kandungan pulpa (sampai batas tertentu) yang melapisi biji kakao. Pulpa kakao yang berlebihan bersifat menghambat proses fermentasi. Pemeraman buah dilakukan dengan menimbun buah kakao hasil panen dikebun selama 3 - 7 hari tergantung kondisi setempat dan tingkat kematangan buah dengan cara buah dimasukkan dalam keranjang atau karung goni dan diletakkan dipermukaan tanah yang telah dipilih sebagai lokasi penimbunan dengan dialasi daun-daunan. Lokasi penimbunan ditempat yang bersih, terbuka (tetapi terlindung dari panas matahari langsung dan aman dari gangguan hewan. Kemudian permukaan tumpukan buah ditutup dengan daun-daun kering.
PEMECAHAN BUAH
Tujuan mengeluarkan dan memisahkan biji kakao dari kulit buah dan plasentanya.Hati-hati agar tidak melukai atau merusak biji kakao. Gunakan pemukul kayu atau memukulkan buah satu dengan buah lainnya. Cegah kontak dengan benda-benda yang terbuat dari logam agar  biji kakao tidak terkontaminasi menjadi kelabu dan kehitaman. Setelah buahnya terbelah, biji kakao diambil dari belahan buah dan ikatan empulur (plasenta dengan menggunakan tangan).
Biji yang sehat harus dipisahkan dari kotoran-kotoran pengganggu maupun biji cacat, empulur yang melekat pada biji dibuang. Biji biji sehat harus segera dimasukkan ke dalam wadah fermentasi karena keterlambatan atau penundaan proses penanganan dapat berpengaruh negatif pada mutu akibat terjadi pra-fermentasi secara tidak terkendali. Pada penanganan kakao dengan kapasitas besar, dapat digunakan alat pengupas kulit buah kakao secara mekanis.
FERMENTASI BIJI KAKAO
Bertujuan untuk membuat  cita  rasa  khas  cokelat,  mengurangi  rasa pahit  dan  sepat menghasilkan  biji  dengan  mutu,  aroma yang baik, serta warna coklat yang cerah dan bersih. Biji yang akan difermentasi harus seragam usia kematangannya.Jumlah berat biji yang difermentasi minimal tergantung ukuran peti fermentasi yang ada (30–50kg/peti).
Sarana fermentasi yang ideal adalah dengan menggunakan kotak dari kayu yang diberi lubang-lubang. Untuk skala kecil (40 kg biji kakao) diperlukan kotak dengan ukuran panjang dan lebar masing masing 40 cm dan tinggi 50 cm. Jika peti fermentasi sulit diperoleh dapat digantikan dengan keranjang bambu ataupun ember plastik yang berlubang.
Kotak/sarana fermentasi harus bersih dari kotoran unsur lain dan bebas bahan dari logam. Lama fermentasi optimal adalah 5 - 6 hari dengan suhu yg terkontrol. Jika kurang akan menghasilkan biji “slaty”, jika terlalu lama menghasilkan biji rapuh dan berbau kurang sedap dan berjamur. Tinggi tumpukan biji kakao minimal 40 cm agar dapat tercapai suhu ideal proses fermentasi (45o –  55o C ). Bila tidak panas maka proses fermentasi tidak sempurna bahkan tidak terfermentasi.
PENGERINGAN BIJI KAKAO
Bertujuan untuk menurunkan kadar air biji kakao menjadi 7 %  sehingga aman untuk disimpan. Cara pengeringannya yaitu penjemuran matahari, mekanis dan kombinasi keduanya.
Pada penjemuran denngan panas matahari,penjemuran dilakukan diatas para-para atau lantai jemur. Saat cuaca cerah dengan lama waktu penyinaran 5-8 jam per hari, untuk mencapai kadar air maksimal 7% diperlukan waktu penjemuran 6-8 hari.Setiap 1-2 jam dilakukan pembalikan. Tebal lapisan biji kakao yang dijemur 3-5 cm (2-3 lapis biji atau 8-10 kg biji basah per m2). Alat penjemur sebaiknya dilengkapi dengan penutup plastik untuk melindungi biji kakao dari air hujan. Bila matahari terik, plastik dibuka dan digulung. Lebih baik dan aman apabila penjemuran dibuatkan UPH dengan atap dari mika plastik.
Pada pengeringan dengan cara mekanis dilakukan dengan menggunakan alat pengering dengan cara pemanasan  tidak langsung untuk menghindari kontaminasi asap dari hasil pembakaran minyak, kayu bakar atau bahan bakar lainnya. Penggunaan alat ini sebaiknya secara berkelompok karena membutuhkan biaya investasi yang besar. Dengan pengaturan suhu 55-60oC, diperlukan waktu 40-50 jam untuk dapat mencapai kadar air biji kakao maksimal 7%.
Pada pengeringan dengan cara kombinasi dilakukan penjemuran terlebih dahulu selama 1-2 hari (tergantung cuaca) sehingga mencapai kadar air 20-25% . Setelah biji kakao dijemur, dimasukkan ke dalam mesin pengering.  Dengan cara ini diperlukan waktu pengeringan selama 12-20 jam untuk dapat mencapai kadar air, maksimal 7%.
SORTASI BIJI KERING
Bertujuan untuk memilahkan biji kakao berdasarkan ukuran dan memisahkan dari kotoran atau benda asing lainnya seperti batu, kulit dan daun-daunan.Sortasi dilakukan dengan menggunakan ayakan atau mesin sortasi yang memisahkan biji kakao berdasarkan ukuran
PENGEMASAN
Produk di kemas dengan menggunakan plasrik ukuran satu kilogram.


     MACAM-MACAM PRODUK OLAHAN:
          1.      Pengolahan Teh Hitam Orthodox
          2.      Pengolahan Teh Hijau
          3.      Pengolahan Teh Wangi
          4.      Pengolahan Kakao