A.
PT.MADUKISMO/MADUBARU
• SELAYANG PANDANG
PT. Madubaru yang
terletak di daerah Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
mempunyai usaha pokok Pabik Gula Dan Pabrik Spiritus.yang terkenal dikalangan
masyarakat luas dengan sebutan PG/PS Madukismo dengan potensi dan peluang
pengembangan usaha yang potensial masih memiliki kesempatan tumbuh dan
berkembang menjadi suatu perusahaan Agro Industri yang berbasis tebu dan
dikelola secara profesional dan inovatif untuk menghadapi persaingan bebas
diera globalisasi dengan petani sebagai mitra sejati .
Dengan menggunakan
setrategi bisnis Overal Cost Leadership pada usaha pokok dan strategi
bisnis differensiasi pada diversifikasi usaha maka PT.
Madubaru siap menghadapi persaingan khususnya tahun 2009 dan tahun-tahun
mendatang .
PT. Madubaru dengan kepemilikan
saham 65% Sri Sultan Hamengku Buwono X (Kraton Ngayogjokarto Hadiningrat )
dan 35 % PT. Rajawali Nusantara Indonesia (PT.RNI), serta
pelaksanaan konsep Good Corporate Governance (GCG) secara konsisten akan
menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat , petani tebu , dan juga investor
yang menanamkan modalnya.
• PASCA PANEN TEBU
Lebih dari separuh
produksi tebu di dunia dipanen secara manual dengan tangan,khususnya yang
dilakukan di negara-negara yang berkembang. Pemanenan cara ini diawali dengan
pembakaran lahan. Api yang menyebar cepat akan membakar daun-daun,
tetapimeninggalkan batang-batang yang kaya air dan akar juga tidak rusak. Para
pemanen kemudian memotong batang tepat di atas tanah dengan parang. Pemanen
tebu yang sudah terlatih dapat memotong 500 kg tebu dalam satu jam. Panen
dilakukan satu kali di akhir musim tanam dengan kriteria dan cara panen
sebagai berikut :
1. Ciri dan Umur
PanenUmur panen tergantung dari jenis tebu:
a). Varitas genjah masak optimal pada < 12
bulan.
b).Varitas sedang masak optimal pada 12-14 bulan.
c). Varitas dalam masak optimal pada > 14
bulan.
d). Usia tebu yang bisa di olah menjadi gula sekitar
8-12 bulan.
2. Cara Panen
• Mencangkul
tanah di sekitar rumpun tebu sedalam 20 cm.
• Pangkal
tebu dipotong dengan arit jika tanaman akan ditumbuhkan kembali. Batang
dipotong dengan menyisakan 3 buku dari pangkal batang.
• Mencabut
batang tebu sampai ke akarnya jika kebun akan dibongkar. Potong akar batang dan
3 buku dari permukaan pangkal batang.
• Pucuk
dibuang.
• Batang
tebu diikat menjadi satu (30-50 batang/ikatan) untuk dibawa ke
pabrik untuk segera digiling.
• PENGOLAHAN
Pada
umumnya pemrosesan tebu dibagi menjadi
beberapa tahap yang dikenal dengan proses pemerahan (gilingan), pemurnian,
penguapan, kristalisasi, pemisahan dan penyelesaian (sugar handling). Proses
kemasakan tebu merupakan proses yang berjalan dari ruas ke ruas yang tingkat
kemasakannya tergantung pada ruas yang yang bersangkutan. Tebu yang sudah
mencapai umur masak, keadaan kadar gula di sepanjang batang seragam, kecuali
beberapa ruas di bagian pucuk dan pangkal batang. Usahakan agar tebu ditebang
saat rendemen pada posisi optimal yaitu sekitar bulan Agustus atau tergantung
jenis tebu. Tebu yang berumur 10 bulan akan mengandung saccharose 10 %, sedang
yang berumur 12 bulan bisa mencapai 13 %.
PENGGILINGAN
Langkah
pertama dalam proses pembuatan gula adalah pemerahan tebu di gilingan dengan di
tambah imbisi. Pada proses ini tebu yang ditebang dari kebun dicacah
menggunakan alat pencacah tebu. Biasanya terdiri dari cane cutter, hammer
shredder atau kombinasi dari keduanya. Tebu diperah menghasilkan “nira”
dan “ampas”. Nira inilah yang mengandung gula dan akan di proses lebih lanjut
di pemurnian dengan penambahan air kapur, air cucian vacuum filter, belerang
dan menghasilkan nira jernih. Ampas yang dihasilkan pada proses pemerahan ini
digunakan untuk berbagai macam keperluan. Kegunaan utama dari ampas adalah
sebagai bahan bakar ketel (boiler) dan apabil berlebih bisa digunakan sebagai
bahan partikel board, furfural, xylitol dan produk lain.
PEMURNIAN
Setelah tebu diperah
dan diperoleh “nira mentah” (raw juice), lalu dimurnikan. Dalam nira mentah
mengandung gula, terdiri dari sukrosa, gula invert (glukosa+fruktosa) ;
zat bukan gula, terdiri dari atom-atom (Ca,Fe,Mg,Al) yang terikat pada
asam-asam, asam organik dan an organik, zat warna, lilin, asam-asam kieselgur
yang mudah mengikat besi, aluminium, dan sebagainya. Pada proses pemurnian
zat-zat bukan gula akan dipisahkan dengan zat yang mengandung gula. Proses
pemurnian ini dapat dilakukan secara fisis maupun kimiawi. Secara fisis dengan
cara penyaringan sedangkan secara kimia melalui pemanasan, pemberian
bahan pengendap. Pada proses pemurnian nira terdapat tiga buah jenis proses,
yaitu :
• Defekasi
• Sulfitasi
• Karbonatasi
Pada proses sulfitasi
nira mentah terlebih dahulu dipanaskan melalui heat
exchanger sehingga suhunya naik menjadi 700 C. Kemudian nira
dialirkan kedalam defekator dicampur dengan susu kapur. Fungsi dari susu kapur
ini adalah untuk membentuk inti endapan sehingga dapat mengadsorp bahan bukan
gula yang terdapat dalam nira dan terbentuk endapan yang lebih besar. Pada
proses defekasi ini dilakukan secara bertahap ( 3 kali ) sehingga diperoleh pH
akhir sekitar 8.5 – 10. Reaksi antara kapur dan phospat yang terdapat dalam
nira :



Setelah
itu nira akan dialirkan kedalam sulfitator, dan direaksikan dengan gas SO2.
Reaksi antara nira dan gas SO2 akan membentuk endapan CaSO3, yang
berfungsi untuk memperkuat endapan yang telah terjadi sehingga tidak mudah
terpecah, pH akhir dari reaksi ini adalah 7. Tahap akhir dari proses pemurnian
nira dialirkan ke bejana pengendap (clarifier) sehingga diperoleh nira jernih
dan bagian yang terendapkan adalah nira kotor. Nira jernih dialirkan ke proses
selanjutnya (Penguapan), sedangkan nira kotor diolah dengan rotary vacuum
filter menghasilkan nira tapis dan blotong.
PENGUAPAN
Hasil dari proses
pemurnian adalah “nira jernih” (clear juice). Langkah selanjutnya dalam proses
pengolahan gula adalah proses penguapan. Penguapan dilakukan dalam bejana
evaporator. Tujuan dari penguapan nira jernih adalah untuk menaikkan
konsentrasi dari nira mendekati konsentrasi jenuhnya. Pada proses penguapan
menggunakan multiple effect evaporator dengan kondisi vakum. Penggunaan
multiple effect evaporator dengan pertimbangan untuk menghemat penggunaan uap.
Sistem multiple effect evaporator terdiri dari 3 buah evaporator atau lebih
yang dipasang secara seri. Di pabrik gula biasanya menggunakan 4(quadrupple)
atau 5 (quintuple) buah evaporator.
Pada
proses penguapan air yang terkandung dalam nira akan diuapkan. Uap baru
digunakan pada evaporator badan I sedangkan untuk penguapan pada evaporator
badan selanjutnya menggunakan uap yang dihasilkan evaporator badan I. Penguapan
dilakukan pada kondisi vakum dengan pertimbangan untuk menurunkan titik didih
dari nira. Karena nira pada suhu tertentu ( > 1250 C) akan
mengalamai karamelisasi atau kerusakan. Dengan kondisi vakum maka titik didih
nira akan terjadi pada suhu 700 C. Produk yang dihasilkan dalam
proses penguapan adalah ”nira kental” .
KRISTALISASI
Proses kristalisasi
adalah proses pembentukan kristal gula. Sebelum dilakukan kristaliasi dalam pan
masak ( crystallizer ) nira kental terlebih dahulu direaksikan dengan
gas SO2 sebagai bleaching dan untuk menurunkan viskositas masakan (nira).
Dalam proses kristalisasi gula dikenal sistem masak ACD, ABCD, ataupun
ABC. Tingkat masakan (kristalisasi) tergantung pada kemurnian nira kental.
Apabila HK nira kental > 85 % maka dapat dilakukan empat tingkat masakan
(ABCD). Dan apabila HK nira kental < 85 % dilakukan tiga tingkat masakan
(ACD). Pada saat ini dengan kondisi bahan baku yang rendah pabrik gula
menggunakan sistem masakan ACD, dengan masakan A sebagai produk utama.
Langkah pertama dari
proses kristalisasi adalah menarik masakan (nira pekat) untuk diuapkan airnya
sehingga mendekati kondisi jenuhnya. Dengan pemekatan secara terus menerus
koefisien kejenuhannya akan meningkat. Pada keadaan lewat jenuh maka akan
terbentuk suatu pola kristal sukrosa. Setelah itu langkah membuat bibit, yaitu
dengan memasukkan bibit gula kedalam pan masak kemudian melakukan proses
pembesaran kristal. Pada proses masak ini kondisi kristal harus dijaga
jangan sampai larut kembali ataupun terbentuk tidak beraturan.
Setelah
diperkirakan proses masak cukup, selanjutnya larutan dialirkan ke palung
pendingin (receiver) untuk proses Na – Kristalisasi. Tujuan dari palung
pendingin ialah : melanjutkan proses kristalisasi yang telah terbentuk dalam
pan masak, dengan adanya pendinginan di palung pendingin dapat menyebabkan
penurunan suhu masakan dan nilai kejenuhan naik sehingga dapat mendorong
menempelnya sukrosa pada kristal yang telah terbentuk. Untuk lebih
menyempurnakan dalam proses kristalisasi maka palung pendingin dilengkapi
pengaduk agar dapat sirkulasi.
PEMISAHAN
(Centrifugal Process)
Setelah
masakan didinginkan proses selanjutnya adalah pemisahan. Proses pemisahan
kristal gula dari larutannya menggunakan alatcentrifuge atau puteran. Pada
alat puteran ini terdapat saringan, sistem kerjanya yaitu dengan menggunakan
gaya sentrifugal sehingga masakan diputar dan strop atau larutan akan tersaring
dan kristal gula tertinggal dalam puteran. Pada proses ini dihasilkan gula
kristal dan tetes. Gula kristal didinginkan dan dikeringakan untuk menurunkan
kadar airnya. Tetes di transfer ke Tangki tetes untuk di jual.
PACKING
Gula Produk dikeringkan
di talang goyang dan juga diberikan hembusan uap kering. Produk gula setelah
mengalami proses pengeringan dalam talang goyang, ditampung terlebih dahulu ke
dalam sugar bin, selanjutnya dilakukan pengemasan atau pengepakan. Berat gula dalam
pengemasan untuk masing-masing pabrik gula tidak sama, ada yang per sak
plastiknya 25 kg atau 50 kg. Setelah itu gula yang berada di sak plastik tidak
boleh langsung dijahit, harus dibuka dulu supaya temperatur gula dalam sak
plastik mengalami penurunan suhu/temperatur. Suhu gula dalam karung tidak boleh
lebih dari 30 oC/suhu kamar, setelah gula dalam plastik dinyatakan dingin
maka boleh dijahit. Jika gula dalam sak plastik dalam keadaan panas dijahit
maka berakibat penurunan kualitas gula.
• MACAM- MACAM PRODUK OLAHAN:
1. Gula
Bulk
2. Gula
Retail
3. Alcohol
Murni 94%
4. Sumasi
(Suplemen Makanan Ternak)
5. Spiritus
6. Kosprima
(Kompor Spiritus Madukismo)
7. Pupuk